1. Melatih kita berani mengekspresikan diri
melalui kata-kata tanpa harus ada partner bicara secara langsung. Kadang kala
buat kita-kita yang tidak fasih lidah, berlatih mengekspresikan diri menjadi
sulit kalau harus langsung berhadapan dengan orang lain. Kalau latihan bicara
sendiri di depan cermin, besar resiko dianggap SeGi (setengah gila). So pasti,
kita ngga mau resiko ini khan.
2. Menuntun kita
memasuki dunia seni yang menjanjikan keindahan yang melebihi logika dan kata.
Kalaupun belum mencapai keindahan seni puisi minimalnya kita bisa masuk dalam
petualangan rimba kata dan makna. Seperti pergi ke Louvre di Paris mencari
Monalisa. Kalaupun belum berhasil menemukan Monalisa, maka kita sudah terpesona
melihat keindahan berbagai lukisan bahkan dari interior ruangan. Menulis puisi
dapat dinikmati seperti perjalanan yang tidak tergantung sepenuhnya pada tujuan
akhir.
3. Memampukan kita ”saying one thing and meaning
another thing”, dapat menyampaikan makna ganda yakni yang tersurat dan
tersirat. Budaya Asia masih meminta kita berbudi bahasa dengan indah. Cukup
sering martabat seseorang diukur dari kemampuannya berbahasa. Meski gelar
S3 kalau tutur katanya seperti preman yang kasar serta merta berkuranglah
penghargaan kita. Puisi dapat menyampaikan maksud kita dengan indah.
Dalam jaman Post-modern hampir tidak ada ketentuan standard tentang bentuk dan ritme Puisi. Jadi bagi siapapun bebas berekspresi dan menuangkan apresiasi nya ke dalam sebuah puisi.
Mau tahu puisi-puisi indah karya anak bangsa? Klik disini ya.
Dalam jaman Post-modern hampir tidak ada ketentuan standard tentang bentuk dan ritme Puisi. Jadi bagi siapapun bebas berekspresi dan menuangkan apresiasi nya ke dalam sebuah puisi.
Mau tahu puisi-puisi indah karya anak bangsa? Klik disini ya.
No comments:
Post a Comment